(http://bkwega.se/docs/difference-between-business-letter-and-report-writing/)
Oleh: M. Iman Ramadhan
Oleh: M. Iman Ramadhan
Halo, diriku lima tahun dari
sekarang. Mungkin jika diberi kesempatan, kamu akan duduk sambil menikmati
secangkir kopi hangat dan bersender di tempat favoritmu dan membuka laptop
kemudian tanpa sengaja melihat surat yang kau tulis pada tahun itu. Tahun-tahun
di mana dirimu sering meragukan masa depanmu sendiri. Mungkin ketika kamu
membacanya lagi, kamu akan tertawa bahagia atau menangis tersedu-sedu.
Entah nanti lima tahun mendatang
apa yang akan terjadi pada dirimu ini. Masihkah kau menikmati secangkir kopi
pahit yang menyediakan beberapa lapis rasa? Masihkah kau takut akan masa
depanmu yang tak pasti? Masihkah kau meninginkan kamera dan gitar baru?
Masihkah kamu takut pada masa depanmu? (https://500px.com/photo/149717569/missing-you-by-jon-trend)
Jika para musisi mencurahkan
hatinya melalui garis-garis dan lini pada paranada, aku hanya bisa menuliskan
setiap kata dengan segala keterbatasan.
Lima tahun mendatang, berarti
kamu sudah berumur dua puluh tiga tahun. Di waktu-waktu itu, kamu akan
merasakan waktu-waktu terisi dengan sendirinya. Kamu akan lulus kuliah, dan
mencari suatu pekerjaan untuk menghidupi dirimu. Atau malah melanjutkan S2
seperti yang ayahmu minta?
Lima tahun mendatang, entah
dirimu masih bisa bertahan dengan idealismemu atau tidak. Banyak orang mulai
melupakan idealismenya untuk bertahan hidup. Mereka lebih mementingkan
pekerjaan yang setidaknya menghasilkan untuk hidupnya.
Waktu demi waktu mengalir,
seiringan dengan harapan-harapan ketika melodi kehidupan berbunyi.
Harapan-harapan itu bertranformasi melalui tulisan ini. Lima tahun dari
sekarang, aku menginginkan bekerja sesuai keinginanku. Antara dunia musik,
fotografi, maupun dunia menulis. Kalau memungkinkan, ketiganya bisa berjalan
seiringan.
Suasana tenang dan damai yang
kuinginkan. (https://500px.com/photo/148660775/hintersee-by-florian-wenzel)
Aku menginginkan bekerja dan
tinggal di luar negeri. Merasakan perbedaan dalam setiap aspek. Hidup dalam
perbedaan. Mengenali budaya negeri lain tentu menarik. Kalau perlu, aku ingin
hidup di negara yang tenang dan membawa kedua orangtuaku ikut ke sana. Lupakan
permasalahan masa lalu mereka. Biarkan emosi itu terbuang sendirinya seiringan
dengan atmosfer yang berbeda.
Kuharap, diriku lima tahun
mendatang masih diberi kesempatan melihat senyuman manis ayah dan bunda. Diriku
akan membanggakan mereka berdua, semoga.
Kesendirian dan kesepian tak
selalu menjadi temanmu. Suatu hari nanti, mungkin engkau menemukan seseorang
yang menemani setiap perjalananmu. Tambalan demi tambalan luka dalam hatimu
perlahan mulai sembuh dengan sendirinya.
Memotret dirimu sekarang dan 5 tahun
kemudian (https://500px.com/photo/150426737/selfie-time-by-florian-gruet)
Berkacalah, gunakan handphone
atau kameramu, kemudian potret dirimu sendiri. Cetak foto itu, kemudian lima
tahun kemudian sandingkan dengan fotomu nanti. Adakah yang berbeda? Sudahkah
menjadi diriku yang lebih baik dari sebelumnya? Sudahkah engkau mulai bisa
menghadapi cobaan hidup lebih tegar? Sudahkah engkau menjadi seorang pria
dewasa? Biarkan alunan nada-nada membuatmu menikmati setiap detik yang berlalu.
Tariklah nafas dalam-dalam, biarkan rasa sakit itu sendiri yang menyembuhkanmu.
Sampai jumpa, diriku lima tahun
mendatang. Saat kulihat lagi, aku ingin kau tersenyum lebar karenanya. Kamu
harus menyadari bahwa masa kecilmu memang tak akan pernah kembali lagi.
Tegakkan kepala, luruskan padanganmu, aminkan dalam hati setiap kata yang
engkau tulis.
“Tegarlah, Sang Pemimpi!” – GIGI.
Tertanda, seorang penikmat kopi
hangat di malam hari, dirimu lima tahun yang lalu.
0 komentar:
Posting Komentar