Angels & Airwaves ‘The Dream Walker’ Review

Oleh : M. Iman Ramadhan

“Saya selalu mengatakan bahwa Angels & Airwaves bukan hanya sekedar band, tetapi lebih dari itu. Angels & Airwaves adalah proyek multimedia.” – Tom DeLonge


Begitulah kata-kata yang sering dilontarkan oleh seorang Tom DeLonge, gitaris dan vokalis dari Angels & Airwaves atau yang disingkat sebagai AVA. Selama ini, Tom DeLonge lebih dikenal sebagai musisi dari band pop punk asal Amerika Serikat, blink-182.

Angels & Airwaves merupakan sebuah proyek ‘seni’ indie yang merupakan sebagian jiwa dari Tom DeLonge. Bagaimana tidak, DeLonge sampai membuat blink-182 ini hiatus dimasa tenar-tenarnya pada tahun 2004 hanya untuk menyampaikan apa yang ada dipikiran nya yang tidak cocok dengan blink-182 biasa lakukan.

Tahun 2014 kemarin, Angels & Airwaves kembali meluncurkan proyek yang sangat ambisius. Angels & Airwaves meluncurkan sebuah paket proyek mulai dari album baru, film animasi pendek, Komik, Novel Grafik, yang semuanya mempunyai tema yang sama. Yaitu tema Sci-Fi seperti sebelum-sebelumnya.

Proyek ini bertajuk ‘Poet Anderson : The Dream Walker’ yang menceritakan tentang seseorang Lucid Dreamers yang bernama Poet Anderson. Ini bukan pertama kalinya Angels & Airwaves merilis sesuatu diluar musik. Sebelumnya pernah ada sebuah film berjudul ‘LOVE’ yang merupakan proyek sejenis dengan ‘Poet Anderson : The Dream Walker’ ini. Bedanya ‘Love’ bukan merupakan film animasi, melainkan film penjelajahan luar angkasa seperti ‘Interstellar’.

Pada album kali ini, Angels & Airwaves membutuhkan waktu dua tahun untuk menyelesaikannya. Bukan waktu yang sebentar, namun menghasilkan sebuah karya yang bisa dibilang sangat berbeda dari album sebelum-sebelumnya dari segi musik. Jika pada lagu-lagu pada album sebelumnya selalu menggunakan synth dan efek gitar delay yang membawa kita ke luar angkasa, kali ini AVA mengajak kita kembali turun ke bumi. Pada album ini pula, pertama kalinya Angels & Airwaves melangkah tanpa bantuan anggota ‘kelima’ mereka, Critter karena meninggal dunia.

Album ini menuaikan kontroversi yang cukup mendalam untuk para fans mereka. Dimulai dengan keluarnya bassist Matt Wachter, munculnya bassist pengganti bernama Eddie Breckenridge dari band post-hardcore Thrice, rumor hengkangnya David Kennedy dari band, dan photo shoot yang hanya melibatkan dua personilnya, yaitu Tom DeLonge dan Ilan Rubin sampai dikeluarkan nya Tom DeLonge dari blink-182 yang digantikan posisinya oleh Matt Skiba.



Tom DeLonge (kanan) dan Ilan Rubin (kiri) pada photo shoot majalah Rolling Stone.

Masuknya Ilan Rubin menggantikan posisi Atom Willard di sektor drum pada awal 2012 juga menuai kontroversi. Menurut para fans yang memihak Atom Willard, Ilan Rubin bukan pengganti yang cocok untuk Angels & Airwaves.

Namun menurut pandangan subyektif saya, Ilan Rubin memberikan impact yang sangat besar pada album baru ini. Ia seorang multi-instrumentalis seperti halnya Matt Bellamy dari Muse. Ilan Rubin mempunyai skill bermusik yang menurut saya di atas rata-rata. Bahkan seorang Tom DeLonge yang jenius ini mengakui bahwa Ilan adalah seorang gitaris yang lebih baik darinya.

Ilan Rubin telah membuktikan hal itu pada proyek solo bandnya yang bernama The New Regime. Ilan Rubin juga berperan besar sebagai touring drummer Nine Inch Nails, drummer recording pada album baru Paramore, dan tentunya influence yang sangat besar pada album The Dream Walker dari Angels & Airwaves ini. Ia bisa memainkan hampir semua alat musik. Mulai dari gitar, bass, drum, piano klasik, dll dan bukan hanya sekedar bisa, namun benar-benar menguasai.

***

Album dibuka dengan dentuman nada piano klasik dari lagu ‘Teenagers & Rituals’, yang jika di dengarkan sangat berbeda dengan tipikal lagu-lagu Angels & Airwaves pada album sebelumnya. Tetap ada synth dan efek gitar delay yang kental pada album ini, tapi mereka melakukan sesuatu yang sangat berbeda. Evolusi sound pada album ini sangat terasa, entah dari segi gitar, bass, drum, ataupun synthesizer. Riff gitar pada lagu ini berbeda dari riff yang biasanya mereka mainkan, dan tidak terkesan U2-ish seperti biasanya.

Sebelum album ini dirilis, salah satu lagu dari album ini sudah leak di internet dan cukup ramai diperbincangkan. Engineer Aaron Rubin menegaskan bahwa lagu yang leak tersebut belum mencapai tahap finishing. Tom DeLonge mengkonfirmasi bahwa lagu ‘Paralyzed’ ini bukan sebuah single dari album. Lagu dengan riff gitar yang berat, bass dengan distorsi menjadi sesuatu yang membuat lagu ini menjadi special. Para fans blink-182 mengklaim lagu ini similar dengan lagu Snake Charmer.

Jika Tom DeLonge berbicara bahwa lagu ‘Paralyzed’ bukan merupakan single dari album ini, maka lagu berikutnya pada album ini lah yang menjadi single pertama di album ini. Sebuah lagu yang sangat ‘melenceng’ dari tipikal lagu AVA, namun sangat easy listening, dan catchy. Sebuah lagu berjudul ‘The Wolfpack’. Dibuka dengan bass yang sangat kental dengan efek fuzz dipadu dengan synthesizer yang sangat terasa digital nya. Jika anda mendengarkan Muse, anda tidak akan asing dengan bass dengan efek fuzz. Pada video klip The Wolfpack ini, Angels & Airwaves kembali mengajak Mark Eaton sebagai direktor dan produsernya. Pada video klip ini juga membuat fans bertanya-tanya. Kemanakan perginya David Kennedy dan Ed Breckenridge?



Tom DeLonge pernah berbicara saat interview dengan majalah Rolling Stone, bahwa ada sebuah lagu favorit yang pernah DeLonge tulis pada album ini. Lagu ini merupakan single kedua dari album The Dream Walker, yang bercerita tentang ayah nya yang meninggal karena kanker. Jika tiga lagu di atas sudah mulai menjauh dari influence U2 dan menjurus ke Nine Inch Nails, pada lagu ‘Tunnels’ ini mulai terasa lagi U2-ish nya. Namun menurut saya in different ways dari tipikal lagu AVA umumnya. Rubin benar-benar membantu DeLonge dalam membuat sesuatu yang baru. Lagu inilah yang ada pada trailer film pendek Poet Anderson : The Dream Walker. Pada video klip ini, Tom DeLonge seperti ingin membantah kemana perginya David Kennedy dan Ed Breckenridge.



Bicara soal melenceng, lagu berikutnya bisa dibilang salah satu dari yang lebih melenceng. Sebuah lagu slow electro-pop berjudul ‘Kiss With A Spell’. Walau lagu pelan, namun lagu ini tidak membuat bosan ataupun mengantuk, malah salah satu lagu yang bisa untuk sing a long.

Ada satu lagu yang jika didengarkan, agak mirip dengan nuansa lagu blink-182. Namun sekali lagi, DeLonge dan Rubin membuat suasa di lagu ini tidak menjadi lagu blink-182 dan tetap berasa nuansa Angels & Airwaves nya. Mungkin jika Travis Barker yang memainkann groove lagu ini, dan menghilangkan suara synthesizer pada intro lagu, akan menjadi suasana lagu blink-182. Mungkin DeLonge dan Rubin sengaja membuat lagu ‘Mercenaries’ ini untuk menarik perhatian para fans blink-182 yang terkadang suka mencaci Angels & Airwaves.

Salah satu riff gitar dan bass line favorit saya di album ini adalah dari lagu ‘Bullets In The Wind’. Ketika pertama kali lagu ini di unggah oleh AVA melalui situs YouTube, lagu ini yang membuat saya tertarik untuk membeli album ini. Saya tidak yakin siapa yang merekam gitar pada lagu ini, tapi saya yakin Rubin yang merekam bagian bass. Bass line nya catchy, different from other AVA songs. Lagu favorit saya pada album ini.

‘The Disease’ merupakan lagu kedelapan dalam album yang bernuansa ‘gelap’, namun pada reff lagu ini lebih ringan dan easy listening. Lagu yang cukup unik buat saya, jika pada lagu biasa terdengar dua gitar yang memainkan part yang berbeda, pada lagu ini terdengar dua suara bass. Satu bass dengan efek overdrive (pada reff terdengar clean), dan satu lagi dengan efek chorus dan phaser.

Setiap orang di dunia ini memiliki selera yang berbeda. Ada yang suka sebuah band yang berbeda setiap albumnya, ada pula yang menyukai band yang setiap album tetap similar. ‘Tremors’ merupakan lagu dengan riff gitar dan sesuatu yang similar dengan lagu-lagu AVA pada album sebelumnya. Walaupun tetap di ‘kemas’ dengan nuansa baru agar tidak bosan. Pada intro lagu ini menyambung dengan outro pada lagu ‘The Disease’.

Pada album-album sebelumnya, Angels & Airwaves selalu menempati lagu yang ‘manis’ di akhir album. Di album pertama mereka, We Don’t Need To Whisper, mereka menaruh lagu Start The Machine pada urutan terakhir. Pada I-Empire mereka meletakan lagu Heaven menjadi penutup. Pada album LOVE lagu Some Origin Of Fire menjadi penutup, dan pada album LOVE Pt. 2 lagu indah berjudul All That We Are yang sangat manis untuk menutup album tersebut.

Pada album The Dream Walker ini, Angels & Airwaves kembali menempatkan lagu ‘manis’ yang catchy, dan paling easy listening dalam album ini. Dan terlebih lagi, lagu ini adalah lagu akustik pertama yang pernah dibuat oleh Angels & Airwaves. Nada awal yang dinyanyikan DeLonge agak mirip dengan lagu pada era-era Box Car Racer. Izinkan lagu ‘Anomaly’ ini menutup album ini dengan indah dan membiarkan anda masuk kedalam dunia mimpi.


***




Poster Film Animasi pendek Poet Anderson : The Dream Walker.



Untuk proyek film animasi berdurasi 15 menit tersebut, Tom DeLonge bekerja sama dengan Sergio Martins dan Edgar Martins serta diproduseri oleh Ben Kull. Tom DeLonge sudah sejak lama memikirkan konsep tokoh Poet Anderson tersebut, namun baru teralisasi ketika bertemu Sergio Martins saat ia mendesign logo kelini untuk blink-182.

Film animasi pendek ini terinspirasi dari berbagai film-film lain seperti Blade Runner, A Clockwork Orange, Aoki Dansetsu, dan Akira. Selain film-film tadi, Poet Anderson : The Dream Walker ini juga terinspirasi oleh penilitian di Stanford University.



Trailer film pendek Poet Anderson : The Dream Walker

Poet Anderson : The Dream Walker ini bercerita tengan seorang Lucid Dreamer, yang terbawa ke alternate universe dimana ia bertemu dengan seorang malaikat penjaga, Dream Walker, dan juga dengan ketakutan terbesarnya, Night Terror. Ia harus menghadapi Demons di dunia nyata dan di dunia mimpi yang seolah bertabrakan.

Saya tidak mereview dari sisi Novel Grafik atau komik, karena saya belum membacanya. Tapi mungkin dari segi cerita semuanya menceritakan hal yang sama. Namun untuk film pendek ini, patut kita apresiasi. Film ini memenangkan juara satu pada kategori Best Animated Film di Toronto Short Film Festival.

After Impression : Album AVA paling easy listening, catchy, setiap lagu dari album ini berbeda sehingga tidak membosankan, experimental, ambisius. Untuk semua projectnya bisa dibilang bagus, wajar jika Rolling Stone memberi rating 4 dari 4 bintang dan memenangkan Toronto International Short Film Festival.
Favorite Track : Teenagers & Rituals, Bullets In The Wind, Anomaly
Not Favorite Track : Mercenaries. Sebenarnya bukan tidak suka, lagu ini enak, namun bukan tipikal lagu favorit saya.
Bagian Favorit di Film : Ketika Poet sedang melawan Night Terror.
Positive Thing : Proyek multimedia yang ambisius, terkonsep, album paling easy listingnya AVA
Negative Thing : Lebih terfokus pada penjualan digital. Mungkin orang seperti saya yang lebih menikmati album fisik, mendownload dari iTunes bukan lah kegemaran saya. Tapi ini sudah mulai di atasi oleh managemen dengan bundle paket dari seluruh proyek. Dan pendapat saya yang amatir ini, film pendek ini jika dibuat film dengan durasi yang lebih lama dan menjelaskan asal-usulnya, mungkin akan lebih bagus atau jelas.
Paling enak di dengar ketika : Waktu bersantai, menikmati kesendirian, atau bersatu dengan alam.

Buat saya pribadi, ini adalah album yang sangat bagus, fresh berbeda dari apa yang pernah Angels & Airwaves lakukan sebelumnya. Tidak lebih keras dari album sebelumnya, dan tidak membawa nuansa luar angkasa seperti pada album sebelumnya. Di album ini pula tercurah pengalaman spiritual seorang Tom DeLonge dan curhatan tentang meninggalnya ayah DeLonge.

Proyek multimedia ini mendapat respon positif dari kritikus musik, maupun dari segi penjualan. Dari awal rilis, album maupun filmnya mendapat chart posisi satu di iTunes USA, UK, Australia, begitupula di Indonesia.


Untuk seluruh proyek Poet Anderson : The Dream Walker ini sekarang sudah di jual melalui iTunes, dan beberapa bundle proyek yang berisi CD, Vinyl, DVD film pendeknya, komik, novel grafik, kaos, CD-RW, dan rumornya mau mengeluarkan CD fisik di toko-toko musik. Namun untuk albumnya sendiri sudah di unggah melalui situs YouTube. Namun jangan download bajakan ya, support untuk musisi favorit kita agar terus berkarya!

1 komentar:

 

Flickr Photostream

Romantic Palace

Twitter Updates

Meet The Author