[Book Review] Sepasang Kaus Kaki Hitam: Kisah Nyata Yang Melegenda Di Era Informatika


Novel Sepasang Kaus Kaki Hitam

Sekitar pertengahan 2013, saya masih ingat betul bagaimana membosankannya opname selama lebih dari dua minggu, dengan dua minggu sebelumnya bedrest di rumah. Tapi, yang ingin saya bahas detail bukanlah penyakit apa yang tengah saya derita, namun satu hal yang membantu menghilangkan rasa bosan di tengah-tengah jarum infus mengalirkan cairan: membaca satu cerita nyata fenomenal di forum Stories From the Heart Kaskus yang saat itu seingat saya masih hangat-hangatnya diposting ulang dari cerita aslinya di sekitar tahun 2010-2011.

Hari-hari sendiri di ruang inap itu membantu saya benar-benar masuk ke dalam ceritanya yang begitu membuat adiksi. Konfliknya yang berbeda dan cenderung kompleks, karakter yang kuat, cara bercerita yang sangat baik karena dapat membuat orang ikut terbawa dalam cerita, pembelajaran hidup yang luar biasa, momen-momen penting, Part 66 yang melegenda, serta beberapa kutipan-kutipan khas dari cerita ini yang selalu membekas di hati para pembaca, termasuk saya. Meski ada kekurangan dalam segi tulisan, tapi sedikit demi sedikit diperbaiki pada versi e-book, walau pembaca lebih jatuh cinta pada versi original-nya. Termasuk saya, yang termotivasi untuk menulis cerita hidup saya sendiri karena Sepasang Kaus Kaki Hitam ini.

Versi postingan ulang atau lebih hangat disebut Reborn, bagaimanapun tetap sangat ramai disambut. Satu kegaduhan yang terus menerus terjadi adalah rasa penasaran pada karakter tokoh utama wanita, Mevally, atau yang lebih akrab disapa Meva. Pembaca begitu penasaran dengan tokoh ini karena sang penulis, Ari, menarasikan dan menggambarkan karakter Meva dengan sangat menarik. Termasuk saya pun pernah sangat ingin memiliki seorang kekasih yang bersifat seperti Meva. Hal ini sering disebut sebagai Mevally Syndrome dikalangan pembaca.

Desain bagian belakang buku

Tetapi rasa menarik itu membuat Ari sebagai penulis juga cukup gelisah. Meski nama Meva adalah nama samaran, pembacara terkadang tidak bisa memosisikan bahwa privasi masa lalu seseorang dan alasan mengapa nama itu menjadi nama samaran begitu penting—terkalahkan oleh rasa penasarannya—sampai para pembaca mencari nama di website Kampus Meva dan tempat Meva bekerja di akhir cerita.

Sepasang Kaus Kaki Hitam bercerita tentang seorang laki-laki pertantau, Ari, yang ingin mencoba peruntungan di Ibu Kota. Tapi nasib membawanya ke tanah Karawang, tepatnya Teluk Jambe, yang mempertemukannya dengan seorang gadis aneh dengan stocking hitam yang nyentrik digunakan di tempat sepanas Karawang.  Satu hari, ada satu kegaduhan di depan kamar kos Ari, tepatnya kamar tempat wanita aneh itu berada. Momen itu memang aneh, tapi hal itulah yang menjadi awal dari cerita cinta yang indah ini.

Lalu, bagaimana dengan versi novel-nya?

Sejak tahun 2016 kemarin, akhirnya harapan para pembaca mulai terkabul. Sepasang Kaus Kaki Hitam atau SK2H ini akhirnya dibukukan setelah sekian lama para pembaca meminta penulis untuk menerbitkannya dalam bentuk novel. Mulai bulan lalu, akhirnya rasa penasaran yang memuncak akhirnya tiba. Novel yang bertandatangan penulis dapat di Pre-Order melalui situs Grobmart dan Forum Jual Beli Kaskus eksklusif hanya 200 eksemplar, di mana hanya ada 5-10 orang beruntung yang mendapatkan tulisan kutipan spesial yang menjadi favorit para pembaca. Saya ikut memesan di Grobmart dan mendapat versi tandatangannya saja tanpa kutipan kata-kata. Kini, novelnya bisa didapatkan di Gramedia atau toko buku di kota para pembaca.

Tanda tangan penulis pada halaman depan buku.

Tapi, apa yang membedakan versi novel-nya dengan versi thread Kaskus maupun e-book-nya?

Hal ini sebenarnya pernah dibahas pula oleh Om Ari di Kaskus, Instagram, maupun akun Twitter-nya. Versi novel-nya lebih nyaman dibaca, dengan tanda baca dan diksi-diksi yang pas, Ejaan Yang Disempurnakan, perkembangan cara menulis yang sangat bagus, tanpa menghilangkan cirikhas narasi sebelumnya
Dari segi design-nya sangat eye-catching, simple namun manis, layout yang rapih, kemudian saat sedang bagian SMS, ada gambar yang memproyeksikan handphone pada zaman itu.

Proyeksi layout layar handphone pada zaman itu.

Ada banyak detail baru yang hadir sebagai pelengkap dalam versi novel ini, tetapi sekaligus menghilangkan detail momen yang mungkin banyak pembaca menunggu untuk hadir namun momen tersebut tidak hadir pada versi novel. Seperti diringkas dan alurnya menjadi lebih cepat. Menurut saya, momen-momen yang hilang tersebut sebenarnya adalah momen yang memperkuat interaksi dan pembangunan penokohan seperti yang ada pada versi thread maupun e-book.

Seperti kata Om Ari di tulisan Kaskus dan Blog-nya, bahwa sangat sulit untuk memuaskan semua ekspetasi semua penggemar. Itu benar. Tidak bisa ditampik memang berbeda bagaimana menulis di Kaskus dengan novel versi cetak yang siap terbit. Bagaimana dapat meringkas kurang lebih 115 Part pada thread menjadi 15 bagian plus satu epilog pada novel.

Saya ingin mengutip, entah saya lupa siapa yang mengatakannya (kalau tidak salah Meva itu sendiri pada versi thread dan e-book) “Terkadang hal sekecil apapun dapat berarti lebih untuk orang lain.” Itu poin penting yang tidak hadir pada versi novel.

Namun, sebuah tulisan bagus tetaplah bagus. Sebuah kisah nyata yang ringan dibaca namun dapat membuat pembaca terjun di dalam ceritanya, merasakan sebagai Ari di sana. Pada akhirnya, hati saya tetap terbawa suasana ketika membaca versi novel-nya, serta sekali lagi menyentuh lini-lini hati saya untuk kembali memulai juga dalam dunia literasi.

Minimalis namun manis

Di akhir tulisan ini, saya ingin mengutip beberapa kutipan khas ala Sepasang Kaus Kaki Hitam, yang juga menjadi favorit pembaca:

“Pion ini emang nggak ada artinya buat sekarang, tapi kalau dia bisa ngelewatin hadangan pion-pion lain buat sampai ke petak pertahanan lawan, pion ini bisa bertransformasi jadi kuda, benteng, bahkan menteri. Sama kayak hidup kita. Buat saat ini, kita nggak bisa lihat ke mana arahnya. Seolah hidup kita nggak ada arti. Kecil di hadapan yang lain, kayak yang lo bilang barusan.. Tapi kalau kita bisa melewati semua ujian dalam hidup, suatu hari nanti kita bisa jadi orang besar. Jauh lebih besar dari mereka yang meremehkan kita. Jauh lebih hebat dari yang kita duga.”

“Bukankah hidup kita seperti perjalanan di atas kereta? Kita bertemu dengan orang tak dikenal, berbincang, dan sesekali tertawa bersamanya. Kemudian kita berpisah di stasiun masing-masing. Tapi cerita tidak pernah benar-benar berakhir di situ. Karena akan ada kereta lain yang membawa kita menuju perjalanan selanjutnya. Kita hanya sedang memilih kereta berbeda, yang mempertemukan kita dengan orang yang berbeda.”

“Kamu tahu, kenapa kenangan itu indah dan manis? Karena kenangan tidak akan terulang lagi, itu yang membuat kenangan itu indah dan berarti.”

“Untuk secangkir teh hangat dan kenangan yang menyertainya.”

Conclusion
Ratings: 4/5



0 komentar:

Posting Komentar

 

Flickr Photostream

Romantic Palace

Twitter Updates

Meet The Author