(Cover 'My Brief History' cetakan Indonesia)
Saya teringat melihat
linimasa twitter akun Gramedia baru-baru ini yang tengah me-retweet seorang
pelanggan yang menyatakan kesenangannya akan buku-buku versi terjemahan Stephen
Hawking telah dijual di Gramedia sambil memamerkan beberapa buku milik Hawking
yang telah ia beli. Hal ini juga membuat saya juga begitu penasaran sekaligus excited.
Sebagai penggemar
Hawking yang diawali dengan film tentang kehidupan romansa Hawking dalam Theory
of Everything yang diadaptasi dari novel karya mantan istri Hawking,
Jane Hawking, Travelling to Invinity. Saya memuja cara
berpikirnya dalam segala keterbatasan membuat saya tertarik untuk langsung
menyambangi toko buku terdekat.
Beberapa yang saya lihat
dalam etalase adalah buku-buku tersohor seperti The Grand Design, A
Brief History of Time dan My Brief History yang akan saya
ulas kali ini. Di antara dua buku sains populer, saya akhirnya memutuskan
membeli My Brief History karena saya pikir, pembahasannya
akan tak begitu berat, juga merupakan sudut pandang Stephen dari novel Theory
of Everything. Namun bagaimanakah isi
buku ini sebenarnya? Mari disimak!
Takjub adalah impresi
pertama saya membaca tulisan Hawking dengan segala keterbatasannya. Meski tidak
mengenakan diksi macam-macam seperti para pujangga dan pemuja aksara, Hawking
menulisnya seperti seorang pencerita sejati dengan keluguan dan kejujuran yang
disisipi humor khas Hawking. Ia seakan ingin membuat para pembaca lebih
menghargai hidup serta melampaui keterbatasan yang dimiliki.
My
Brief History bercerita mengenai perjalanan Stephen Hawking dari masa kecilnya
di London sesudah Perang Dunia II hingga menjadi pesohor yang terkenal di
seluruh dunia. Buku ini seperti memoar otobiografi mengenai sepak terjang
Hawking sedari lahir hingga kini mencapai puncak kesuksesannya dibanding memoar
kisah cintanya seperti Travelling to
Invinity milik Jane Hawking. Meski begitu, My Brief History tetap memuat sedikit mengenai kisah cinta Stephen
dengan Jane serta istri keduanya, Elaine Mason. Hawking menulis sedikit sudut
pandang dirinya dalam kehidupan cintanya,
semacam detail baru dari apa yang kamu ketahui dari Travelling to Invinity maupun Theory
of Everything.
Selain itu, My Brief History sedikit-sedikit
menjelaskan secara umum dan mudah alasan mengapa Hawking memilih kosmologi
sebagai bidangnya, kemudian latar belakang lahirnya teori-teorinya yang membuat
buku ini sedikit begitu ‘berat’, bisa juga disebut seperti buku semi-sains
popu;er dari buku-buku Hawking lainnya. Tetapi melalui buku ini pula kamu akan
tertarik membaca buku karya-karya Stephen Hawing lainnya.
Nilai plus bagi buku ini
adalah foto-foto Hawking dan keluarga serta tempat-tempat bersejarah bagi Hawking
yang jarang terlihat dan disebar untuk publik serta kutipan kata-kata Hawking
yang begitu memiliki dampak pada pembaca disatu halaman penuh. Satu kalimat
yang menggugah para pembaca.
Hawking menulis buku My Brief History setebal 137 halaman
yang pada terjemahan bahasa Indonesia-nya diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka
Utama, dan ternyata sebenarnya pernah dicetak pertama kali di tahun 2014,
menyusul cetakan keduanya pada tahun 2017, di mana buku ini sendiri telah rilis
sejak tahun 2013. Untuk mendapatkan buku ini kamu dapat merogoh kocek sebesar
Rp. 60.000,-
Mengutip perkataan
Hawking, “Saya yakin kampir semura orang tertarik dengan cara kerja alam
semesta, tapi kebanyakan orang tak bisa mengikuti persamaan-persamaan
matematika. Saya sendiri kurang peduli dengan persamaan.”
Nah, gimana guys, makin tertarik dengan buku menarik
ini?
0 komentar:
Posting Komentar